Siang – siang begini, disela – sela ngerampungin naskah yang tak
kunjung kelar, nulis artikel tentang kuliner adalah obat mujarab untuk
mengatasi rasa kliyeng-kliyeng itu. Dan
mungkin walaupun tak bisa menikmati kuliner satu ini, tetap saja
menuliskan dalam bentuk artikel sedikit mengurangi kerinduan yang
mendalam menikmati es dhawet satu ini. Yups, namanya es dhawet Jabung.
Kuliner asli kota kenangan kedua saya, Ponorogo. Es dhawet jabung sangat
cocok diminum saat suasana panas dan terik, menikmatinya dengan orang –
orang tercinta makin terasa menyenangkan, mantaplah pokoke.
Es dhawet Jabung ini adalah kuliner asli
Ponorogo, tepatnya di desa Jabung. Letaknya sekitar 7Km selatan kota,
antara Jeruk Sing – Jetis, lebih dek dengan Pondok Modern Darussalam,
Gontor, Ponorogo. Yang menarik dari es dhawet Jabung ini adalah rasanya
yang khas banget, perpaduan antara es seger, gula jawa yang manisnya
sesuatu, santan yang segar, tape ketan dan cendol yang kental dan harum,
makin menjadikan hidup anda lebih bergairah. Setidaknya itu yang
terjadi pada saya.
Memang agak berlebihan menuliskan judul
artikel kalau es dhawet satu ini yang paling enak sedunia, tapi bagi
saya itu sangat wajar, mengingat rasanya yang ngangeni, dan terus
terang, saat saya nulis artikel ini disiang ini, manik-manik saya naik
turun, tandanya pengin ngerasain kembali es dhawet jabung.
Dalam pembuatannya, es ini dawetnya
sendiri terbuat dari tepung aren yang kemudian dibentuk seperti lazimnya
bentuk dawet kebanyakan. Kuah dawetnya terdiri dari santan kelapa muda
yang ditambah dengan gula aren atau gula jawa dan sedikit garam. Untuk
memperkaya rasa, maka biasanya ditambahkan tape ketan dan irisan buah
nangka. Semuanya dimasukkan salam satu mangkok kecil dan ditambah dengan
es batu. Dawet jabung mempunyai rasa yang amat khas dan cara penyajian
yang unik, bahkan tak ada duanya diIndonesia. Harganya pun juga murah.
Di ponorogo sendiri memang sudah menjadi
tradisi kalau masyarakat sini begitu menggemarinya. Sayapun, walau
notebene adalah orang Pacitan, tetapi Ponorogo telah begitu dekat dengan
hati saya, selain karena saya sekolah SMA disana, juga kedekatan
ideologis dan histori telah membuat Ponorogo-Pacitan ibarat saudara
kandung.
Disebut demikian karena minuman khas ini
berasal dari desa Jabung kecamatan Mlarak yang merupakan sentra penjual
dawet Jabung. Kemahsyuran dawet Jabung ini memang sudah menjalar
kemana-mana. Didesa Jabung, khususnya disepanjang jalan antara
Ponorogo-Jetis, deretan warung dawet Jabung selalu ramai oleh pembeli,
mulai pejalan kaki sampai mobil pejabat yang lewat, apalagi lokasinya
tak seberapa jauh dengan lokasi pondok modern darusalam Gontor yang
terkenal itu.
Konon kemahsyuran dawet Jabung berkaitan
erat dengan legenda warok Suromenggolo, yang terkenal sakti mandraguna
dan merupakan tangan kanan R. Bhetoro katong. Diceritakan, suatu hari
Warok Suromenggolo terlibat perang tanding melawan Jim Klenting Mungil
yang menguasai gunung Dloka dan mempunyai pusaka andalan yaitu Aji dawet
upas. Konon, ajian ini berbentuk cendol dawet yang terbuat dari mata
manusia. Terkena ajian dawet upas seketika tubuh warok Suromenggolo
menderita luka bakar dan ia pingsan seketika.
Warok Suromenggolo akhirnya ditolong
oleh seseorang pengembala sapi bernama Ki jabung. Setelah diguyur dawet
buatan Ki Jabung, seketika luka yang diderita Warok Suromenggolo sembuh,
bahkan dapat mengalahkan Jim Klenting Mungil dan Jim Gento. Sebagai
ungkapan terima kasih, Warok Suromenggolo bersabda, kelak masyarakat
desa Jabung akan hidup makmur karena berjualan dawet. Kini hampir
seluruh warga desa Jabung berjualan dawet. walaupun hanya warung dawet
sederhana, namun rata-rata kehidupan mereka berkecukupan.
Anda mau? Silahkan main ke Ponorogo.
Dijamin tak nyesel menyeruput rasa manisnya yang menggoda lidah anda.
Selanjutnya, anda akan dibuat jatuh hati dengannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar